Baru kali ini diskusi berjalan dengan relatif baik. Enak juga kalau semua thread begini.
-snip-
Bahas masalah jodoh, ane rasa mungkin aja ada nanti yang pake teknologi blockchain buat biro jodoh. Ya makin ke sini, proyek-proyek ICO kan makin aneh-aneh buat ide dan konsep proyeknya. Gak terkejut ane klo nanti ada yang bikin itu.
Wah, ini masalah jodoh makin diseriusin yak.
[2] Apakah tekhnologi blockchain hanya untuk menghasilkan emisi koin?
Karena berdasarkan referansi yg om tulis dlm OP, saya menemukan artikel
https://www.slideshare.net/DiegoDiaz49/1-ibm-blockchain-explained.
Disitu dijabarin panjang lebar tentang blockchain itu sendiri, dan saya singkat spt ini.
Teknologi blockchain jika kita ibaratkan dengan system operasi (android, windows, dsb), maka emisi koin (crypto currency / digital asset) hanyalah salah satu apllikasi yg terdapat dalam OS tsb. Masih banyak yg bisa kita gali tentang potensi tekhnologi ini.
Saya justru tidak menangkap bahwa penjelasan mu_enrico di atas mengatakan kalau blockchain untuk menghasilkan emisi koin gan (atau mungkin saya yang salah tangkap dengan pernyataan ini). Emisi koin bukan bagian dari blockchain itu sendiri, tergantung dari penerapan blockchain itu sendiri. Dalam Bitcoin & Ethereum yang pake konsensus PoW, emisi koin itu diperlukan buat insentif untuk mengamankan/menambang block, dan kebetulan blockchain digunakan untuk merekam transaksi keuangan dalam mata uang Bitcoin & Ethereum. Kalau misalnya nih, pemerintah memutuskan database jumlah jomblo di Indonesia jadi publik lewat blockchain (maka para jomblo bisa mendaftar dan mengubah statusnya, yah nerusin jomblo lagi), bisa saja ga ada emisi koin sama sekali karena pemerintah sendiri yang menghandle penghubungan block tersebut (tidak sepenuhnya terdesentralisasi juga, dan ini hanya pengandaian).
Menanggapi mas Jaran Goyang

:
2. Apakah tekhnologi blockchain hanya untuk menghasilkan emisi koin? walapun saya bukan expert dalam hal ini, saya akan mencoba menjelaskan secara sederhana. blockchain sebenarnya tidak dapat bekerja jauh dari perangkat crypto itu sendiri, karena blockchain dan crypto menjadi satu-kesatuan agar mampu bekerja, blockchain tanpa crypto bagai cobek dan ulekan (gak akan jalan klo salah satu hilang/dihilangkan).
Namun banyak orang salah kaprah memahami crypto itu sendiri, dikira crypto disamakan dengan koin/token. padahal crypto dapat dijadikan banyak bentuk dan sebutan misalnya blockchain dengan smart contract (dikatakan bahwa smart contract adalah hasil dari crypto yang berjalan pada teknologi blockchain). salah sendiri juga pernah salah faham disini.
Saya agak kurang ngeh dengan pernyataan bahwa blockchain tidak dapat bekerja jauh dari perangkat crypto om, ini seperti postulat tapi saya nangkap agak ganjal. Kenapa blockchain tidak bisa lepas dari crypto? Lalu apa definisi dari crypto yang dimasud sehingga tidak bisa lepas dari blockchain? Soalnya rumusan masalahnya kan memang kembali ke emisi koin yang notabene diasumsikan sebagai koin/token, sehingga memperlebar definisi crypto saya rasa kurang berhubungan atau kurang tepat apabila dilihat dari konteks pertanyaan si jaran.
Menanggapi kang Husna QA :
3. Penjelasannya singkat bener yak, padahal sudah lama saya tertarik ingin tahu berbedaan mereka secara pasti. misalnya blockchain konsorsium yang dikatakan semi-desentralisasi, namun saya kurang "ngeh" bagaimana penerapan semi-desentralisasi. apakah ini memungkinkan untuk menerapkan produk keuangan untuk sebuah negara? ataukah metodenya desentralisasi, namun ada protokol yang dapat memutus/memperbaharui perangkat cryptonya?
Senangkep saya, blockchain konsorsium / semi-desentralisasi dinilai atau disebut demikian karena penggunaan dan kodenya hanya dibuat oleh sebagian orang atau kelompok tertentu. Oleh karena itu disebut semi-desentralisasi karena tidak sepenuhnya bersifat terdesentralisasi mengingat satu atau sebagian kelompok yang melakukan pengelolaan block, tapi publik bisa mengaksesnya. Beda dengan Bitcoin di mana semua orang bisa berperan sebagai node, atau blockchain khusus di suatu perusahaan yang hanya bisa diakses oleh anggota/orang di dalam perusahaan tersebut dan di kelola oleh perusahaan itu sendiri.
- Tidak bisa dimatikan atau dirusak, tahan dari serangan;
Menurut saya hal ini kurang tepat karena hal yang membuat Blockchain adalah Consensus method seperti PoW, PoS, dll.
Contohnya jika Bitcoin tidak punya PoW, maka hal seperti "Double Spend" dapat dilakukan dengan mudah.
Terminologi mati/rusak/tahan serangan juga perlu didefinisikan lebih lanjut. Misalnya, ketika semua komputer/perangkat keras tidak berkontribusi dalam pembuatan block lagi, apakah itu bisa dinilai blockchain itu sudah mati? Atau yang dimaksud data yang sudah terekam ke dalam blockchain bisa diakses kapan saja sehingga tidak bisa disebut kalau blockchain itu mati?
Serangan yang dimaksud mungkin bisa dijelaskan lebih lanjut juga gan enrico, barang kali ada yang mengasumsikan serangan virus, atau serangan keylogger, serangan mantan, atau yang lain.
* Nunggu yang bahas blockchain jodoh lagi.