Yang jadi pertanyaan saya adalah, bagaimana seseorang bisa paham dan mengenal Bitcoin , jika mereka berada di pedalaman atau di pelosok desa ?! Bagaimana dengan orang yang sehari-harinya hanya sibuk bekerja mencari nafkah untuk keluarganya, tanpa di sibukan dengan benda-benda elektronik , seperti smartphone dan komputer , atau mempunyai smartphone yang hanya di gunakan untuk alat komunikasi saja ?
Saya kira ini juga menjadi salah satu penyebab lambatnya perkembangan Bitcoin di masyarakat luas !
Saya nangkep ini sebagai pokok / dasar logika dalam memunculkan rumusan masalah. Karena memahami dan mengenal Bitcoin butuh akses internet, maka orang-orang yang tidak berpendidikan tinggi tidak akan bisa memanfaatkan/memakai Bitcoin.
Saya tanggapi alur logikanya saja:
1. Apa betul memahami dan mengenal Bitcoin butuh akses internet? Apa selalu harus? Tidak, agan bisa membeli buku tentang Bitcoin, baca berita di koran lokal dan lain sebagainya.
2. Kalaupun benar memahami & mengenal Bitcoin butuh internet, apa iya hanya orang berpendidikan tinggi yang bisa mengaksesnya? Tidak, akses internet gak ada hubungannya dengan punya pendidikan tinggi atau tidak. Hampir semua orang selama punya hape dan bisa mengoperasikan gadget bisa browsing sendiri tentang Bitcoin dan kripto in general.
3. Terus untuk detail-detail teknis dst, apa iya harus berpendidikan tinggi dulu supaya bisa paham? Tidak. Punya ijazah/gelar tidak sama dengan bisa memahami sesuatu. Yang menjadi syarat paham/mengerti sesuatu adalah mempelajarinya, yang kuncinya terletak pada membaca/mengamati/mendengar sesuatu tersebut. Buktinya: Menteri Susi bisa jadi menteri tanpa lulus SMA, dst.
Kesimpulan: Bitcoin tidak hanya untuk orang-orang berpendidikan tinggi. Sejak awal Bitcoin diniatkan sebagai mata uang yang bisa dipakai secara online, tanpa ada batasan harus berpendidikan tinggi (yang juga masih agak ambigu pengertiannya).