Karena masyarakat Indonesia ini majemuk yang diisi dari beragaman budaya dan agama, para calon presiden tentu akan membawa isu ini untuk menarik minat pemilih, namun kita sudah melihat yang terjadi bukan?, walau gaduh masyarakat tidak terpecah, isu agama bukan strategi yang jitu jika mau dipakai untuk 2024, kalau masih pakai itu, niscaya kalah telak.
Saya sepakat dengan agan chikito. Indonesia termasuk negara yang sangat majemuk, sudah berulang kali kita gaduh tentang isu-isu agama dan ras, tapi tidak ada satupun yang membuat negara kita pecah. Disadari atau tidak dalam hati kita semua sebenarnya mencintai tanah air. Berbeda dengan negara-negara timur tengah yang termakan isu dan terjadilah perang saudara. Negara kita sudah berkali-kali mendapatkan isu sensitif namum masih bisa bertahan.
Ya, saya juga berfikir sama, jika nanti politik identitas masih membawa isu agama, kemungkinan sudah ga laku karena trouma dengan kasus pilkada jakarta tempo lalu. Amin rais dan partai ummat yang sudah deklarasi akan menggunakan model itu..
Pada dasarnya, AD/ART partai itu membawa kepentingan masyarakat, pada pemilu 5 tahunan, partai menjual produknya ke masyarakat dengan ideologi dan perubahan bangsa, Jika masyarakat tertarik, mereka bisa memilih partai tersebut supaya suaranya itu diwakilkan calegnya di DPR untuk menyambung suara mereka. Jadi, kewajiban partai itu mengontrol anggota mereka di DPR supaya sejalan dengan jualan mereka tempo hari, realnya, kepentingan partai adalah kepentingan masyarakat, karena suara mereka diwakilkan oleh partai.
Kalau elite DPR tidak membawa kepentingan partai, itu salah. karena masyarakat menitipkan suaranya ke partai, yang diwakilkan oleh anggota terpilih di DPR
.
Sangat setuju dengan agan chikito. Idealnya memang partai adalah wadah dari aspirasi masyarakat, kemudian partai memilih wakil yang akan membawa visi, misi, dan aspirasi masyarakat. Jadi dalam konsep ideal, Baik Presdiden, DPR, Gubernur, dan Bupati adalah petugas partai yang mewakili rakyat. Tapi hal ini jadi salah kaprah karena partai saat ini tidak mendapatkan nilai positif dari masyarakat sehingga istilah "petugas partai" jadi di anggap negatif, padahal sebenarnya mereka memang petugas partai.
Politik identitas itu bukan politik yang nyari data atau identitas lawan loh ya, tapi subjek politik yang berdasarkan ras, agama dan suku. Misal kayak Pilkada jakarta Anis menggunakan Agama untuk menjegal lawannya.
[1].
https://fisipol.uma.ac.id/apa-itu-politik-identitas/Masih cocok lagi dengan agan chikito. Tapi yang seharusnya lebih di gembor-gemborkan adalah "identitas partai". Ini yang tidak jelas, partai-partai tidak pernah memiliki ideologi, paradigma, visi, dan misi yang jelas dan memiliki konsep yang bisa di aplikasikan dengan tenggat waktu yang terstruktur. Kebanyakan identitas partai hari ini absurd dan utopis