Misalnya di tempat miner tersebut ada listrik murah, kek misalnya daerah aliran sungai besar, atau tempat yang anginnya kencang, tentu opitnya beda.
Aku agak mikir keras kok bisa murah kalau daerahnya ada aliran sungai dan angin kenceng, ternyata ketika kucari bagaimana menghasilkan sumber listrik itu, agak sedikit terbuka pemikiranku bahwa sungai dan angin merupakan sumber utama untuk menghasilkan listrik yaitu Pembangkit listrik tenaga air dan udara. Kalau untuk air sering denger, dan bahkan aku pernah coba bikin ketika masih kuliah dulu. Sedangkan angin memang agak-agak kurang familiar kalau di Indonesia, kalau kubaca cuma ada di sulawesi selatan, Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap di Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) dan PLTB Tolo di Kabupaten Jeneponto.
Sumber, mungkin yang deket sumber tersebut mendapatkan biaya murah untuk listrik khususnya mining,
Kalau miner yang masih pakai listrik PLN rumahan (dan tidak kontrak harga khusus) ya memang ga worth it IMO. Worth it tidaknya itu subjektif juga si sehingga ikutan SigCamp juga belum tentu worth it untuk semua orang.
Yups, bisa jadi begitu, kalau untuk orang indonesia yang berada di luar perkotaan mungkin cukuplah, bahkan lebih, tapi kalau di kota besar kayak jakarta misalnya, hasil sig campaign kayaknya pendapatan yang biasa saja dan cenderung kurang.
Sementara untuk daerah di Indonesia terbilang cukup sulit untuk menempatkan mining rig di daerah yang memiliki suhu dingin karena biasanya akan terkendala dalam pemenuhan sumber daya energi untuk aktifitas mining.
Iya, aku sempat mikir untuk penghematan, mending miningnya di daerah gunung dan puncak di indonesia, namun karena sumber energinya yang sulit, jadinya untuk melakukan itu akan butuh banyak sumber daya.