Tidak sepenuhnya menjadi jawaban saya kira. Di satu sisi dengan ditutupnya Tiktok Shop ada harapan bahwa kondisi UMKM yang masih menjalankan jualannya dengan ofline jadi sedikit punya kesempatan untuk mendapatkan kembali pelanggannya. Tapi harapan itu saya kira tidak akan dapat sepenuhnya benar-benar terlaksana. Karena mereka yang telah tumbuh besar di Tiktok shop tentu sudah mendapatkan langganan dan ketika live tiktok mereka dapat mengarahkan pelanggan mereka itu ke e-commerce seperti Shopee ataupun Tokopedia.
Memang ada benarnya juga sih gan, namun sepengetahuan ku dan rekan-rekan dilapangan itu disebabkan faktor U (uang)😁.
Jadi saya kira meskipun teknik seperti yang agan sebutkan itu rasanya kurang tepat.
Gini deh saya senggol dikit: jika si A punya banyak uang atau harta, harga berapa pun pasti dibeli bukan?
Nah jika sebaliknya bagaimana?
Yang jelas sih menurut ku bukan soal harga ya, melainkan soal mampu untuk beli atau tidak, kembali lagi ke Faktor U.
cukup miris sih melihat ada begitu banyak pedagang umkm yang menutup usaha mereka hanya karena kurangnya pembeli yang mereka dapatkan, namun melihat dari kondisi perekonomian sekarang ini maka wajar saja sih para pedagang umkm tidak mendapatkan pembeli.
hal ini seharusnya menjadi sorotan pemerintah karena ada banyak perut yang harus di beri makan, tidak mungkin untuk membiarkan para pedagang umkm semakin banyak yang menutup usaha mereka, namun karena saat ini para pejabat lagi sibuk kampanye, urusan umkm jadi mereka lupakan.