dulu di daerah wisata seperti Canggu, Seminyak dan Kuta masih bisa transaksi akomodasi pakai kripto. Namun semenjak kripto di regulasi pemerintah, pelaku usaha juga jadi takut mau terima pembayaran dengan kripto. Ada cerita dari teman, 2 bulan lalu teman saya itu baru dari Kuta, katanya dia sewa motor masih pakai kripto, mungkin jadinya rahasia dapur antara dia (penyewa) dan bli" ownernya.
Jangankan crypto, mata uang lain selain rupiah pun (sudah jadi rahasia umum) banyak terjadi transaksi menggunakan Dollar, Euro, dsb, tergantung turis-turisnya asal dari mana. Bulan lalu saya sempat ke bali menghadiri seminar di hotel legian, rencananya saya mau laundry, tapi tidak bawa uang cash, laundry tersebut juga tidak nerima Qris dan akhirnya tercetus sama ownernya kalau dia nerima pembayaran dollar, dan mata uang lain (kalau tidak ada nyimpan rupiah). Artinya, hal tersebut sudah biasa di bali, di pantai-pantai kuta yang jualan es degan dan bir pun nerima dollar kalau turisnya tidak sempat nukar rupiah.
jadi ya tidak perlu takut, saya rasa kalau transaksi nominal kecil dan tidak besar hal yang lumrah, asal suka sama suka saja. Ya anggap saja souvenir gitu buat koleksi. Apa lagi bitcoin, sebuah hal yang sangat menarik dan hypenya dimana-mana membuat orang penasaran untuk menukarnya dengan barang.