Lihatlah pola pendidikan anak anak di cina, sampai sekarang anak-anak mereka terus diajarkan bagaimana ilmu marketing itu bekerja serta diaplikasikan artinya disamping pendidikan diutamakan, budaya nenek moyang mereka juga tidak mereka buang dan terus dipertahankan sejak dini. Setidaknya jika mereka sudah besar akan mampu berkompetisi sesuai jamanya mereka nanti.
Di China mereka mengajarkan cara untuk menciptakan banyak peluang bisnis tapi di Indonesia kita diajarkan untuk menjadi pekerja/buruh. Jadi sebelum melangkah lebih jauh semua akan tetap bermuara pada sistem pendidikan dasar terlebih dahulu yang nantinya akan menjadi pijakan anak anak. Intinya kita waktu sekolah di doktrin untuk bisa mendapatkan pekerjaan dan menghasilkan uang hanya sebatas itu? Sampai sekarang sistem pembejarannya tidak berubah membekas dari generasi ke generasi.
Mengembangkan usaha banyak yang memulai bukan dari apa yang mereka dapatkan dari sekolah, melainkan semuanya hampir berasal dari inisiatif akibat lelahnya menunggu progam pemerintah soal lowongan kerja yang tak kunjung teralisasikan. Lihat saja pengangguran makin banyak, para pembisnis tidak mendapatkan dukungan keuangan yang memadai, dan pemerintah acuh tak acuh dengan hasil karya lokal. Akhirnya bisnis jadi mandek, modal makin seret, epmasukan tidak berjalan dengan baik, dan bangkrut.