Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP) mempublikasikan bahwa Jokowi masuk dalam finalis dalam kategori "
person of the year in organized crime and corruption 2024." Jokowi sendiri berada di peringkat ke-3 di bawah Bashar al-Assad (#1) dan William Ruto (#2) meskipun dalam list finalis tidak ada penomoran.
[1]Menanggapi hal ini, Jokowi santai saja dengan berkata "He-he-he..., ya terkorup, korup apa, yang dikorupsi apa, ya dibuktikan, apa?"
[2] Tanggapan santai tersebut sudah tepat ya karena memang nominasi tokoh-tokoh tersebut kan hanya berdasarkan poll, sehingga ya nggak ada buktinya.
Meskipun Jokowi santai, tapi pasukan buzzer-nya panas langsung menyerbu akun media sosial OCCRP bahkan sampai mengancam.
[3] Terlebih lagi ketika peneliti ICW Diky Anandya kena doxing dan ancaman
[4] gegara tanggapannya di video ini:
https://www.youtube.com/watch?v=QDHwt1hJXPY Ya dari tanggapan tersebut ane simpulkan kalau perkara korupsi tidak semata terkait duit, tapi juga penyalahgunaan kekuasaan (hukum) dan pelemahan KPK.
Gimana? Setuju dengan masuknya Jokowi menjadi salah satu finalis tokoh terkorup 2024? Jangan lupa vote!
Tidak ada kawan dan lawan yang abadi, yang ada hanyalah kepentingan yang abadi. Jika kita melihat sejarah kembali, pada kenyataannya dalam hati masing-masing warga negara mempunyai kriteria pemimpin yang ideal (jujur, tidak korupsi, amanah, adil & membawa kemajuan untuk negara) tetapi pada realitanya, semua presiden kita tetap ada oposisi-nya yang berarti tidak semua bulat satu suara mendukung atau mayoritas bahagia dengan presiden terpilih.
Jokowi bisa jadi buruk tetapi bukan yang terburuk, jadi jokowi sudah memahami bahwa pilihan-pilihan yang diambilnya akan menimbulkan pro kontra, kadang pilihan yang diambil adalah pilihan terbaik dari yang terburuk. Tidak ada masalah untuk jokowi dianggap korup, buruk, dan tidak manusiawi, selama pilihan-pilihan yang diambil menstabilkan pemerintahan (kekuasaan) yang berarti menambah waktu dan amunisi untuk tercapai-nya tujuan politik dan idealisme politik Jokowi. Dinasti kekuasaanpun sebenarnya tidak ada masalah untuk rakyat asal dinasti kekuasaan membawa indonesia semakin baik secara nyata bukan diatas kertas.
Kita tidak benar-benar riil mengetahui kondisi negara ketika diserahterimakan ke Jokowi begitu juga dari Jokowi ketika diserahterimakan ke Prabowo. Terlalu banyak indikator dan PR serta harapan -harapan yang harus direalisasikan, belum lagi kebobrokan, hutang yang ditinggalkan oleh presiden sebelumnya.