Kalau untuk muslim kan tidak boleh hijrah ke negara kafir. Nabi Muhammad bersabda "Aku berlepas diri dari seorang muslim yang menempati tempat tinggal kaum musyrikin". Tinggal di negara kafir bahaya besar bagi iman karena terlalu banyak penyimpangan. Banyak ulama yang mengatakan bahwa meninggalkan indonesia untuk mencari dunia (nafkah atau tambahan materi) di negeri orang akan mendatangkan musibah untuk orang tersebut.
Kalau masalah #kaburajadulu (lapangan kerja yang tersedia gak sebanding dengan kualitas dan kuantitas lulusan) itu menurutku pribadi itu salah dua belah pihak. Salah pemerintah dan warga negara-nya. Sebagai negara berkembang dan memasuki era tahun bonus demografi (2020-2035) Jumlah usia produktif lebih banyak dari usia non produktif. Pemerintah tidak melakukan persiapan matang agar kuantitas angka usia produktif diikuti dengan kualitas peningkatan produktivitas, sehingga mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan. Sedangkan masyarakatnya juga pasif dan model yang minta disuapi tetapi kurang persiapan untuk self survival mode. Bukankah greedy dan oportunis adalah sifat dasar manusia. Jadi jika ada tawaran lebih menguntungkan khususnya materi, pasti pilih yang lebih menguntungkan.
Sangat manusiawi apalagi di era yang beranggapan bahwa semakin kaya semakin sukses. Orang tua juga terlalu fokus pada prestasi akademik bukan fokus pada mengasah potensi yang dimiliki anak sesuai dengan bakat dan minatnya. Betul anggapan bahwa pendidikan bisa merubah kesejahteraan seseorang (menambah pendapatan) tetapi akademik hanya sebagian kecil dari pendidikan, masih banyak ilmu yang harus dipraktekkan dan dilatih agar semua orang bisa produktif. Tugas permerintah iya tapi lebih besar lagi itu adalah tugas orang tua. Pemerintah kita saat ini memang korup tetapi jangan lupa bahwa kakek nenek kita juga berhutang pada pahlawan negara kita. Pemerintah boleh korup tapi kita juga harus punya prinsip.