Ga perlu juga keinginan orang buat bekerja diluar karena pengen dapat kehidupan yang lebih baik dihubung2kan dengan pengaruh buruk dari budaya luar, mau orang indo menetap semua ditanah air, yang namanya pengaruh buruk itu bisa datang terlebih diera modern serba internet saat ini.
Kalo emang dasarnya udah rusak ya rusak aja, kalo moralnya udah baik, mau kerja atau bahkan menetap di luar pun ga akan terpengaruh so ga perlu disangkutpautkan sama #kaburajadulu, hashtag ini muncul karena keprihatinan rakyat khususnya anak muda yang merasakan susahnya nyari kerja dinegaranya sendiri.
Keren, pikirannya bisa anti mainstram

. Banyak penelitian mengungkapkan bahwa seseorang akan menunjukkan kepribadiannya berdasarkan hubungan interaksi yang dilakukan dengan keadaan lingkungannya. Manusia tidak bisa melepaskan diri secara keseluruhan dari pengaruh lingkungan tersebut, karena lingkungan tersebut senantiasa tersedia di sekitarnya. Lingkungan merupakan tempat manusia hidup dan beraktivitas. Khususnya untuk anak-anak dan generasi muda, lingkungan mempunyai pengaruh sangat besar dalam membentuk dan menentukan perubahan sikap dan perilaku, karena aktivitas dan interaksi sosial yang intens dan terus menerus.
Kita asumsikan #kaburajadulu muncul dari olah pikiran orang melihat fenomena susah cari kerja dan peluang yang besar di luar negeri. Hasil pikiran itu jadi idealisme yang ingin diwujudkan atau anggap saja cuma omong doang (kalau omong doang wajar saja kalau dianggap angin lalu). Hati bekerja menggunakan emosi, menunjukkan perasaan yang tidak mungkin bisa digambarkan secara logis. Sedangkan pikiran lebih cenderung secara rasional dan praktis.
Lingkungan dimulai dari rumah, sekolah, media massa, internet, teman, tetangga sekitar tempat tinggal, jalanan menuju tempat beraktivitas. Simulasi kita tinggal di Amerika dengan freedomnya. Anak kita berangkat sekolah atau ketika bermain di sekitar rumah melihat hal-hal yag tidak senonoh, secara berkelanjutan, akhirnya mewajarkan dan bukan sesuatu yang tabu lagi., akhirnya pola pikir berubah, lalu perilaku juga berubah. Lha bendung pengaruh internet aja banyak yang gak sukses kok malah ditambah variabel tinggal di tengah2/bersinggungan langsung dengan lingkungan sumber pengaruh buruk (khususnya negara barat ya). Yakin gak berefek sama sekali ? (Pertimbangkan efek manusia punya nafsu+ bisikan setan).
Setuju, rumah adalah tempat utama pembentukan benteng karakter. Tapi berapa % sih yang keluarganya sukses menanamkan nilai akhlak ke anak. Contoh sederhana paparan budaya luar banyak orang tua yang mewajarkan jika anaknya nonton film porno. Kalau rusak ya kita perbaiki, kalau sakit ya dibuat sehat, caranya dengan dijauhkan dari yang menyebabkan kerusakan. Misal keluarga kita dekat berkawan dengan para pecandu narkoba, yakin kita tidak melarang atau menyuruh untuk berhenti bergaul dengan mereka ?
Ini bahas secara sosial saja ya. Namun kalau mau dibahas dari sudut pandang agama pasti lebih menarik bahasannya dan dengan senang hati akan saya ladeni

.