Menurut saya, Tito Karnavian yang menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri menjadi aktor utama dibalik empat pulau yang menjadi polemik Aceh dan Sumut. Tanpa angin tanpa hujan dia membuat keputusan yang membuat marah rakyat Aceh, dan anehnya, Gubernur Sumut seperti tidak memiliki Rasa malu saat tampil di depan media yang mengajak Gubernur Aceh untuk mengelola bersama keempat pulau tersebut, padahal sangat jelas pulau-pulau tersebut masuk wilayah Aceh berdasarkan Dokumen dan administrasi.
Tito seharusnya malu atas kegaduhan yang dibuatnya, karena rasa malu sudah tidak ada lagi pada diri pejabat Konoha, dia menganggap polemik ini hanya masalah kecil. Jika digali lebih dalam, keempat pulau tersebut menyimpan harta Karun yang sangat berharga, mungkin Tito ingin memberi hadiah pada menantu tuanya sebagai rasa terimakasih atas jabatan yang diberikan pemimpin sebelumnya.
Dari awal, memang pejabat satu ini terlihat sangat erat dengan sesuatu hal yang akhirnya menimbulkan konflik, entah apa yang ada di dalam pikirannya, namun apa yang dia lakukan beberapa kali menimbulkan ketegangan.
Merasa aneh juga ketika di dalam dokumen dan administrasi jelas ini sudah masuk ke dalam wilayah Aceh. Meskipun masih dalam satu negara, namun tetap saja ada yang merasa dirugikan karena secara umum pasti pemilik sah pulau ini ingin memaksimalkan sumber daya yang ada. Lagipula saya yakin jika ini yang diperebutkan ada masalah, maka Sumut pun tidak akan mau, dan pasti mereka juga akan beralasan bahwa pulau tersebut sudah masuk wilayah administrasi Aceh.
Nah ini juga menjadi salah satu kelemahan kita, bagaimana koordinasi antara pejabat negara masih sangat dipertanyakan sehingga menimbulkan masalah seperti ini. PR untuk pemerintah kita yang masih belum terselesaikan.