Agak heran juga sih, kenapa gak di gelora bung karno sekalian, karena bos como kan orang asli indonesia, pasti punya akses ke petinggi liga italia (Federasi Sepak Bola Italia (FIGC)), atau lobi ke bos milan untuk main di indonesia. Seru juga tuh, kalau bisa main di sini. Namun ya kalau saya baca, kayaknya udah fix main di perth, akan banyak prosedur yang mesti mereka jalani, mungkin ada perubahan sponsor hanya di hari itu, mengingat banyak sponsor lokal australia berminat untuk mensponsori pertandingan yang jarang terjadi di negara mereka.
Ya sih mas, sangat disayangkan bukan Indonesia yang jadi pilihannya. Namun, melihat prosedurnya yang begitu ribet, karena FIGC harus berkoordinasi dengan UEFA, AFC dan FIFA untuk menentukan lokasi, rasanya sudah tidak mungkin untuk dipindahkan. Memang sangat jarang sih terdengar klub-klub eropa bermain di Australia, bahkan pertandingan Glorie (pensiunan serie-A) lebih sering di ASEAN daripada Aussy. Sangat beruntung Australia bisa menyelenggarakan pertandingan tersebut, padahal kalau di Indonesia mungkin jauh lebih ramai, Saya masih ingat ketika nonton Milan Glorie di GBK, walaupun kapasitasnya ga penuh, namun Milanisti dari seluruh Indonesia begitu antusias, kalau ga salah sekitar 40K tiket yang terjual hanya untuk nonton Milan Glorie. Tapi, selain untuk nonton legenda Milan juga untuk nonton legenda Indonesia sih.
Jika Pertandingan antara Como FC VS Milan dilangsungkan di SU GBK tentu saja akan jauh lebih meriah, karena seperti yang kita tahu bahwa antusias masyarakat Indonesia terhdap sepak bola sangatlah besar. Terlebih lagi seperti yang anda sampaikan bahwa saat ini saham terbesar Como FC dimiliki oleh pengusaha asal Indonesia yaitu Hartono bersaudara yang merupakan Bos dari PT Djarum sekaligus juga Bos dari salah satu Bank terbesar di Asia yakni BCA.
Dan setelah club yang bermain di Serie A tersebut dimiliki oleh pangusaha asal Idonesia, Como FC mendapatkan sorotan tersediri dari para penggemar sepak bola di tanah air dan namnya semakin dikenal. Namun karena memang prosedurnya cukup ribet, sehingga Indonesia tidak menjadi pilihan utama, dan selain itu harus diakui bahwa kulitas lapangan dan rumput kita masih kalah jauh dibandingkan dengan Australia, dan mungkin ini juga menjadi salah satu alasna mengapapertandingan tersebut tidak dilangsungkan di SU GBK.