Misalnya, jika dulunya harga Cokelat Rp. 25.000 per kilo, maka dengan pengenaan pajak 19%, maka pedangang kita bisa diuntungkan dari sisi lain.
Hasil alam lain yang lebih dibutuhkan oleh mereka bisa lebih berharga walau pajaknya akan mengalir kepada mereka.
Pesawat dan alutsita lainnya bisa dijangkau oleh kita tanpa harus mahal karena biaya pajak.
Alat kesehatan juga. Terus apa lagi yang memang dibutuhkan.
Secara pertaturan saya tidak memahami penuh kondisi efeknya terhadap barang masuk tapi secara logika sederhana memang seperti apa yang anda katakan. Tapi secara kenyataannya saya sempat membaca jika memang Impor dari negara AS dari dulu memang rendah. Dari artikel yang saya baca sebanrnya kondisi ini juga menjadi peluang dan tantangan untuk indonesia. Jika indonesia mampu maka indonesia akan lebih baik jika tidak maka produk lokal indonesia akan semakin sulit bersaing.
Sebanyak 93 persen dari impor asal AS saat ini hanya dikenai tarif Most Favoured Nation (MFN) 5 persen atau lebih rendah. Artinya, penurunan bea masuk menjadi nol persen mungkin tidak akan menambah impor secara signifikan karena bea masuk saat ini sudah relatif rendah.
Kabar laiannya ketika Trump terus mendesak FED menurunkan bunga dan isu pemecatan saya membaca berita bahwa untuk pertama kali Trump berkunjung ke gedung The Fed. Ini pertama kali dilakukan oleh presiden amerika setelah hampir 20 tahun terakhir dilakukan oleh Bush. Dan isu pemecatan Powell telah dibantah Trump saat berkunjung kepembangunan gedung The Feed. Nampaknya masalah tarif ini masih menjadi perhatian serius Powell untuk tidak menurunkan suku bunga karena akan berdampak kepada perkembangan ekonomi AS.
CMIIW
Sumber:
1.
https://www.kompas.id/artikel/tarif-19-persen-dan-32-pertanyaan2.
https://www.nbcnews.com/news/us-news/paramount-skydance-merger-trump-powell-fed-morning-rundown-rcna221007