Tapi bagi sebagian orang yang sudah 'tergiur keuntungan' bahkan orang yang dikatakan sudah mapan pun malah bisa lebih parah dalam berhutang hanya untuk 'untung-untungan' masuk dalam trading Bitcoin. Salah satu contoh yang belum lama ini beredar informasinya di salah satu media* mengenai anak kandung dari salah satu pengusaha perusahaan otobus ternama di Indonesia yang berhutang sampai milyaran rupiah untuk "main" Bitcoin bahkan sampai menjanjikan komisi sekian persen ke orang yang meminjaminya uang, namun berujung gagal.
Kalau saya baca beritanya, ini lebih ke karakter orangnya.
Si Rian Mahendra memang tipikal orang yang mikirnya dangkal dan ngerasa utang bakal gampang dibalikin oleh orang tuanya. Dia pake uang pinjeman buat main Bitcoin dengan menjanjikan profit 20%, padahal gak ada yang tau apa dia memang punya skill main Bitcoin atau tidak. Asumsi saya itu cuman akal-akalan dia doang, entah uangnya dipake benaran buat Bitcoin atau malah ke hal lainnya kita juga tidak tau pasti. Rasanya Bitcoin cuman dijadikan kambing hitam untuk alasan duid pinjamannya hilang.
Iya juga si om

, intinya maksud saya kebutuhan disini sifatnya untuk keberlangsugan hidup kebutuhan pokok, berobat, bukan utang untuk sebuah kebutuhan Tresier. Pokoknya prinsip saya sama kek om deh, kalau bisa jangan sampai hutang apapun itu

.
Siap.

Pinjem duid bisa menjadi opsi kalau memang tidak ada pilihan lain.