.
Terutama tontonan sih utamanya, apa yang kita konsumsi sejak era digitalisasi adalah budaya orang-orang barat, dan hari ini tidak ada seperti gendang penca di media TV besar, atau hal-hal berbau kearifan lokal di pertontonkan, utamanya media TV dan media sosial (lebih tepatnya sangat jarang).
Kebanyakan Channel TV dan acara di dalamnya pada saat ini sepertinya mereka sudah enggan untuk menampilkan kearifan lokal dan budaya karena sepi penontonnya, mereka sudah tidak fokus lagi pada pelestarian budaya tetapi sudah pada profit, mereka cenderung menampilkan hal-hal yang sedang viral yang hampir pada keseluharannya tidak memberikan kesan apapun ataupun pembelajaran kepada yang menontonnya. Sekiranya tontonan yang dapat menghasilkan banyak uang maka hal itulah yang akan mereka tayangkan terlepas dari manfaat atau tidaknya,
Tayangan-tayangan tentang kearifan lokal hanya bertahan pada chanel-chanel kecil dan itupun sudah sepi peminatnya, yang bila diperhatikan hanya orang tua yang menontonnya. tapi saya cukup bersyukur karena masih ada orang yang mau mempertahankan budaya lokal.
Dan apakah kita harus menunggu tua dulu untuk bisa mencintai budaya kita sendiri.?
Selain itu karena memang tidak ditanamkannya tentang nilai-nilai kebudayaan terhadap generasi muda, hal ini membuat budaya luar sangat mudah mempengaruhi para generasi muda.
dan kita bisa lihat sendiri dari selera seni dan musik dari kebanyakan generasi muda, mereka lebih memilih untuk menonton konser Gril Band & Boy Band dan rela membeli tiket yang relatif mahal dibandingkan melihat tarian jaipong yang padahal gratis tanpa tiket.