Post
Topic
Board Topik Lainnya
Re: [Diskusi] Implikasi rerata IQ 78.49 di Indonesia
by
mu_enrico
on 24/11/2023, 16:45:03 UTC
Saat itu seingat saya dapat nilai 110, saking ga peduli nya itu sertifikat entah kemana, dan saya tidak merasa kehilangan Grin .
Aku pernah sempat beberapa kali ikut tes IQ secara resmi dan tidak resmi, alhamdulillah di atas 100, terkadang kalau ada gamenya bisa sampe 110. ang di seluruh dunia.
Selamat udah berada di klub 3 digit Grin
Berarti sudah cukup makan telur.

Ane baru tau kalo rata-rata IQ ada di angka itu, miris kali yak. Tapi ane ga percaya gan. Soalnya apakah ini menggunakan random sampling atau menggunakan apa dalam mengambil data? ane rasa IQ negara kita masih di angka normal lah, setidaknya.
Kemaren waktu ane baca sekilas, datanya ambil dari database yang tersedia. Misalnya database PISA (https://www.oecd.org/pisa/), TIMSS (https://timssandpirls.bc.edu/)
Mereka ini yang gemar tracking siswa dari seluruh dunia CMIIW (yang lebih paham silahkan komeng)

Orang yang sukses (IMO) yang punya IQ rendah sebenarnya mereka tidak borderline, hanya saja di bidang yang jadi acuan tes IQ tersebut mereka borderline tapi ternyata mereka sangat cerdas di bidang yang lain. Jadi saya setuju dengan agan johnsaributua bahwa IQ atau kecerdasan manusia itu dapat dikategorikan ke 9 jenis kecerdasan.

Muhammad Ali mungkin ber-IQ rendah di menurut tes IQ. Tapi Muhammad Ali memiliki kercerdasan visual-spasial dan kecerdasan tubuh-kinestik yang masuk kategori jenius sehingga Ali bisa sukses di dunia melalui tinjunya. Dan 2 jenis kecerdasan itu tentu tidak bisa di test oleh tes IQ yang rata-rata saya temui.
Ane tidak setuju kalau kecerdasan dibagi menjadi berbagai hal, karena nanti bertabrakan dengan teori yang lain, kek misalnya Big Five Personality Traits, itu nanti ada yang punya kecenderungan  lebih mudah bergaul, dsb. IQ ya IQ saja mengukur processor di otak untuk "komputasi" alias mikir. Nanti juga ada tentang talent atau bakat yang berhubungan dengan genetik juga. Misalnya sekeras-kerasnya ane angkat beban dan berlatih tinju tidak bakal bisa menjadi kek Muh. Ali, karena leluhur ane semuanya lemah Grin

Argumen yang lebih bagus ane lihat kek yang ramai di reddit (lupa linknya coba dicari). Ada yang ngasi contoh kalau ada peneliti-peneliti yang masuk ke suku pedalaman diperlakukan kek anak kecil karena mereka sama sekali tidak bisa bertahan hidup di hutan, dan bahkan ga bisa nentuin arah. Artinya yang IQ tinggi sekalipun jadi gak guna kalau ga berada di "zona"-nya, prosesornya gak guna kalau ga ada kerjaan yang butuh mikir.

Sebenernya sih bukan artinya bangsa kita bodoh, tapi masalahnya ada di pola pendidikan dan pengajaran yang ga pas.

Buktinya juara dunia Olimpiade Sains dari Indonesia juga ada.  Cuma ya itu masalah pembibitan dan pembinaannya.
Ya namanya rata-rata pasti ada outlier apakah itu di sebelah kiri (sangat kurang) atau kanan (sangat superior).
Sangat disayangkan memang meme yang beredar, banyak jadi becandaan pula di podcast2... Padahal rerata IQ rendah itu karena banyak yang stunting, alias kurang gizi.
Pendidikan dan pengajaran tidak berpengaruh ke IQ usia dini, tapi gimana pas bayi dapat ASI (yang kualitasnya baik, bukan dari ibu yang juga makan seadanya), kemudian dapat asupan protein cukup, dst.