Mayoritas warga negara kita adalah muslim dan ketika pemilu terjadi tidak jarang banyak sekali para kandidat calon yang berada (berkumpul) bersama ustad atau dalam ruang lingkup agama tetapi hanya bersifat sementara karena tujuannya hanya semata untuk mencari suara.
Ini yang harus di hindari karena sekalipun politik dan agama tidak dapat dipisahkan tetapi ketika cara seperti ini dilakukan justru hal inilah yang mencoreng tentang politik dan agama itu sendiri.
Agama memang jadi jurus jitu untuk mendulang suara, namun banyak politisi yang menggunakan cara yang tidak etis dengan cara mengadu domba para partisipannya. Nah ini yang tidak boleh dilakukan, karena jika dilakukan secara masive dapat membuat negara terpecah belah dan mengganggu stabilitas politik di Indonesia. Di daerahku ini banyak ulama dan uztad yang didatangi calon legislatif hanya untuk minta doa restu, tiap minggu kadang rame antri mobil yang didatangi politis lokal. Ini cukup memberi rezeki pemuda yang mengatur kendaraan mereka. Namun ada juga perlakuan tidak etis dari para timses yang memberikan selebaran untuk mendukung calon dia karena didukung uztad. Padahal uztad/ulama tersebut belum ada rekomendasi apa pun untuk mendukung dia.
Artinya akan ada perpecahan juga kedepan jika para timses ini memaksakan kehendaknya kepada orang lain melalui jalur agama dan uztad kami.