Sementara itu, dengan batalnya Anies maju pada Pilkada DKI Jakarta, otomatis hanya tiga calon Gubernur yang akan bertarung pada 27 November 2024 nanti. Ridwan Kamil-Suswono (Koalisi KIM 14-Partai), Pramono Anung-Rano Karno (PDIP dan Hanura) dan Dharma Pongrekun-Kun Wardana (Independen). Sebelum Pilkada di mulai, kita dapat dengan mudah menebak siapa yang akan terpilih nanti, pasangan Ridwan Kamil-Suswono kemungkinan besar akan menjadi Gubernur. Memang pada kenyataannya sangat sulit untuk memahami dinamika politik di Indonesia, kabarnya partai yang bergabung dengan koalisi KIM ada unsur keterpaksaan, bukan sekedar cari aman.
Anies Baswedan di mata najwa, narasi [1], pernah bilang kalau seluruh partai khususnya Koalisi Indonesia Maju (KIM) "telah tersandera kekuasaan", artinya mereka terpaksa mencalonkan RK karena tidak ada pilihan lain (karena dedengkotnya, Gerindra menginginkan RK di Jakarta), padahal kan sebelumnya (oleh Airlangga Hartanto) RK ini disiapkan untuk Cagub Jabar, dan itu diaminkan oleh RK sendiri sebelum ada keputusan akhir dia harus ke Jakarta. Namun karena tersandera tadi, RK pun terpaksa bawa koper ke jakarta dan membuat hiruk pikuk politik yang membuat Airlangga Hartanto melepas jabatannya sebagai Ketum Golkar karena sudah tidak ada gunanya kalau keputusan yang dia buat diintervensi oleh kekuasaan.
[1].
https://www.youtube.com/watch?v=ywOTgyabiiYBeliau bisa bilang seperti itu, karena ia bukan seorang kader atupun ketum partai. Karena jelas bukannya setiap politikus dan partai politik, semuanya memperebutkan kekuasaan..?
Dan berbicara mengenai keberangkatan RK ke Pilgub DKI Jakarta, tentu saja ini sudah melalui pertimbangan yang cukup matang dan panjang. Menurut pemikiran dan analisa saya, RK itu adalah orang yang disiapkan untuk Pilpres mendatang di 2029. Sementara jakarta itu memiliki profil tertinggi karena merupakan ibu kota negara kita yang sekligus pusat politi dan ekonomi, sehingga gubenurnya sering menjadi nasional. Jakarta merupakan estafet kepemimpinan untuk menjadi seorang presiden indonesia. Sehingga mungkin hal inilah yang melatarbelakangi keberangkatan RK dari Jabar ke Jakarta. Disisi lain, jika kita geser sedikit ke Pilgub Jabar, setelah penetapan calon di beberapa hari kemarin, disana ada nama Dedy Mulayadi yang mana beliau berangkat dari Partai Gerindra dan juga dari KIM, begitu pula dengan RK yang meskipun berangkat dari partai berbeda akan tetapi ia ada di koalisi yang sama yaitu KIM. Sehingga tidak mungkin untuk KIM mencalokan keduanya di daerah yang sama. Dan jikapun misalnya dipaksakan mencalonkan RK dan Dedy Mulyadi di Pilgub Jabar, maka ini akan menimbulkan perpecahan Koalisi Indonesia Maju di daerah pemilihan Jawa Barat.
Apa yang dikatakan Anis, itu hanyalah sebuah bentuk rasa sakit hatinya, karena selain beliau gagal untuk menjadi seorang presiden, ia juga gagal untuk kembali mencalonkan diri di pilgub DKI Jakarta, dan ketika ia ingin mencalonkan diri di pilgub jabar, ternyata ia malah ditolak mentah-mentah. Berharap bisa mendapatkan rekomendasi dari Partai PKS atau Nasdem untuk mencalonkan diri di Pilgub DKI Jakarta, eh ternyata Partai PKS dan Nasdem malah gabung di KIM untuk mengusung RK. Mencoba melirik Pilgub Jabar, berharap ada dukungan dari partai PKS, eh ternyata Presiden PKS yang maju di PIlgub Jabar. Pada saat ini, Bapak Anies Rasyid Baswedan tidak lebih dari seorang gelandangan politik yang mungkin sebentar lagi nasib nya tidak akan jauh berbeda seperti halnya Amien Rais.....