Salesmen dari Indonesia itu hanya berfokus pada target, karena perusahaan cabangnya yang menginginkan itu. Jelas beda dengan cabang di luar negeri dimana target nomor sekian, tapi penjelasan produknya nomor 1.
Sehingga dalam menjelaskan produk yang dijual jadi kelihatan samar, dan bahkan dilebihkan asal dapat banyak nasabah, sehingga di 10 tahun kemudian ditagih dan tidak sesaui dengan isi perjanjian.
Saya yakin perusahaan cabang juga tidak menginginkan agen-agen yang tidak mampu menjelaskan produk mereka di masyarakat. Jadi bukan hanya dari perusahaan cabangnya saja, bisa jadi memang agen menginginkan target tercapai dengan cepat sehingga mereka melakukan segala macam cara untuk mendapatkan konversi.