Ada kata-kata bijak yang mengatakan "Berilah Kail, Jangan Ikannya" kata bijak ini sangat tepat untuk menanggapi isu Bansos ini, dimana orang yang butuh bantuan itu harus diberikan kemandirian, bukan ketergantungan. Karena Bansos ini sudah seperti zat adiktif kepada masyarakat kelas bawah—mereka ketergantungan pada bantuan pemerintah sampai membuat mereka tidak bisa mandiri.
Bisa dilihat anggaran Bansos itu tidak berkurang dari tahun ke tahun, malah justru semakin meningkat, pada tahun ini saja anggaran Bansos itu sekitar 79 triliun. Jelas ini ada yang salah dalam mekanismenya, karena jika program Bansos ini efektif, maka seharusnya jumlah penerimanya itu semakin berkurang—jika itu semakin bertambah, artinya ada suatu yang salah. Pemerintah harusnya bisa melihat hal tersebut, dan mengatasi akar masalahnya, bukan malah memberikan bantuan terus-menerus kepada kalangan bawah ini, jika terus seperti itu artinya pemerintah tidak jauh berbeda dengan orang yang memberikan duit ke para pengemis.
Kadang saya heran ngasih bansos dianggap salah karena terlalu sering. Tapi tidak ada bansos justru malah demo dan menyalahkan pihak ini, pihak itu seakan akan tidak peduli sama rakyat dan semacamnya. Kita terlalu skeptis dan sulit untuk mengakui bahwa sebenarnya kita butuh akan bansos tapi malu mengakui karena malu dianggap kalangan masyarakat bawah. Kalau perspektif yang dilihat dari situasi yang tidak agan rasakan maka akan selalu terlihat salah, tidak efektif, ketergantungan, bikin masyarakat malas dll.
Kita fokus ke akar permasalahnya, kalau yang agan maksud adalah solusi membuka lapangan pekerjaan tentu saya setuju karena ini satu satunya cara agar masyarakat mandiri tapi fakta dilapangan ini bukan soal lagi lapangan pekerjaan tapi soal budaya/ tradisi/ suap menyuap/ untuk kerja saja ahrus bayar ini itu dll. Apa agan pernah merasakan situasi harus bayar ke satpam saat mau lamar pabrik? kalau enggak ya karena seperti yang saya maksud dengan "perspektif yang dilihat dari situasi yang tidak agan rasakan maka akan selalu terlihat salah".