MBG ini sedari awal adalah proyek ambisius dari Presiden tanpa melakukan riset yang mendalam dan pikir panjang. Saya menduga kampanye MBG karena ingin meraup suara dari sebagian besar rakyat Indonesia yang cukup mudah tergiur dengan bantuan-bantuan seperti uang atau sembako. Saya masih ingat di daerah saya ketika musim kampanye ada teman saya yang pro Prabowo mengatakan bahwa program MBG ini adalah harapan yang dinanti-nantikan rakyat Indonesia dari seorang presiden.
Selain untuk "ngerayu" rakyat demi 2029, MBG ini jadi ladang korupsi paling basah untuk nyari modal pemilu yang akan datang. Badan Gizi Nasional sebagai badan yang mengelola MBG menjadi Badan negara terbesar dalam mengelola APBN, tidak tanggung-tanggung total dananya, 217 triliun rupiah untuk tahun 2026. Sedangkan di tahun 2025 ini saja sudah makan duit 71 trilun, dan itu akan ditambah 100 triliun [1].
Duit segitu banyak pasti akan gampang dikorupsi, ya misal untuk makan 1 orang 15 ribu, dan ketika disebar di lapangan makan siang hanya 10 ribu, atau di bawah itu. Maka tidak heran kita denger berita makan siang basi, lauk berulat, lauk seadanya, tidak ada rasa, dan kekurangan-kekurangan lainnya.
Mereka bilang MBG ini akan dikelola UMKM untuk pertumbuhan ekonomi, padahal kenyataannya UMKM hanya sub, kontraktornya tetap perusahaan gede yang ownernya politisi partai, pengusaha, dll. Mau tumbuh ekonomi yang kayak gimana kalau UMKM nya cuma ngelola seupil, sehingga tidak heran banyak UMKM yang tiarap.
[1].
https://sumutpos.jawapos.com/nasional/2376056427/anggaran-mbg-akan-ditambah-rp100-triliun