Sekolah anti korupsi hanya proses pelatihan atau pembelajaran setiap individu untuk memahami setiap aturan tentang korupsi dan dampaknya bagi masyarakat, negara dan diri sendiri apabila terjerat hukum. Namun siapa yang bisa menjamin tingkat korupsi akan berkurang dengan adanya sekolah korupsi.
Saya pikir program seperti ini sangat tidak tepat dan hanya pemborosan anggaran, secara logika dan umumnya yang sering terjadi, orang-orang yang sudah mengerti aturanlah yang selalu melanggar aturan. Korupsi tidak akan pernah bisa diberantas jika hukum masih bisa dilemahkan, tampuk pimpinan tertinggi harus bersikap tegas pada koruptor yang merugikan negara, seperti menjalankan hukuman mati atau memiskinkan, mencabut hak berpolitiknya dan memecat dari jabatannya.
emang begitulah pekerjaan para pejabat di konohagakaruan, hobinya cuman buang-buang anggaran tanpa out-put yang jelas. Semua kegiatan hanya bersifat seremonial demi bisa menyerap anggaran dari pemeritah pusat. Dan yang menjadi ertanyaanya apakah tidak cukup sekolah selama belasan tahun, sampai harus membuat sekolah anti korupsi. Karena seharusnya nilai-niali anti korupsi dan kejujurna itu ditanamkan sedini mungkin kepada para pelajar yang kelak akan menjadi mengisi kursi pemerintahan dan juga legistlatif.

Sumber;
www.kompasiana.comDan bulan lalu kabar mengejutkan dibulan lalu datang dari salah satu anggota DPR yang dulunya juga pernah menjadi aktivitas anti-korupsi dimana tikus tersebut meminta kejagung agar tidak mendzolomi koruptor karena mereka juga manusia. Sebuah ungkapan yang membuat saya geleng-geleng kepala, karena bukankah selama ini mereka sendiri yang berbuat dzolim kepada rakyatnya.? Saya seudah kehabisan kata-kata ketika berbicara para pejabat dan wakil rakyat, hobinya hanya menghabiskan uang negara dan mebuat sengsara rakyat, tetapi ketika sudah tertangkap merasa paling di dzlomi. Tidak habis pikir, bisanya iyu cuman Playing victim..!!!
Info lebih lengkap;
Jangan Zalimi Koruptor, Mereka Juga Punya Hati Nurani (Katanya)