Post
Topic
Board Ekonomi, Politik, dan Budaya
Re: Paylater dan Pinjol, mempermudah atau Menjebak?
by
TopT3ns
on 07/07/2025, 22:13:23 UTC
Jika mengajukan pinjaman untuk sebuah bisnis saya rasa oke-oke saja tetapi tetap dengan pertimbangan yang matang. Ada kawan saya yang membuka usaha kelontong. Dan saat ekonomi lesu di sekitar tahun 2023-2024 dia seringkali melakukan pinjol dari 1juta hingga 10juta. Uang itu dia pergunakan untuk menambah barang di dalam toko dengan harapan agar terjadi perputaran barang. Dan dia selalu berhasil membayar kembali tagihan pinjol dan mendapatkan sedikit laba. Setiap ada momen seperti lebaran, puasa, atau ada acara dan butuh dana cash cepat dia melakukan pinjaman di pinjol. Dan saat ini Alhamdulillah tokonya sudah mulai stabil dan tidak lagi terlibat dalam pinjol. Tetapi dia mengatakan terkadang ada timbul hasrat buat pinjol untuk keinginan seperti ganti Hp baru atau kredit sepeda motor. Tetapi keinginan itu selalu berhasil dia tahan. Karena dia sadar memenuhi keinginan dengan uang pinjol sama dengan bergaya dengan duit orang lain.
Tetapi juga penting melihat terlebih dahulu mengenai suku bunga sehingga peminjam tidak memberatkan kita karena pinjaman yang bersifat dari luar bank biasanya memiliki suku bunga yang sedikit lebih tinggi. Kasusnya mungkin cukup beruntung di teman anda namun tidak akan berakhir sama jika orang lain menerapkan pola tersebut karena pinjol merupakan salah satu pinjaman yang cukup menjerat kesusahan bagi pengambil. Jika konsep riba yang kita jalankan untuk mengembangkan bisnis maka saya yakin akan sulit bisnis tersebut berkembang di jangka panjang karena kita tau bahwa Riba merupakan sebuah larangan dalam Islam.

Pembahasannya mungkin panjang dan lebih kepada keagamaan namun dalam konteks tertentu sebaiknya pinjaman perlu di hindari meskipun hampir kebanyakan orang termasuk saya melakukan itu. Pada akhirnya kembali lagi pada individu masing-masing apakah pinjaman tersebut di anggap bisa membantu atau tidak karena yang tau adalah kita sendiri.
Kita harus mengakui bahwa kebutuhan akan modal usaha sering kali menjadi salah satu alasan terbesar seseorang mengajukan pinjaman, dan terkadang itu bisa berhasil. Namun, keberhasilan seperti yang dialami teman Anda tidak bisa begitu saja ditiru atau disiarkan ke semua orang. Saya melihat bahwa masalahnya bukan pada pinjaman, tetapi bagaimana orang tersebut menggunakan pinjaman tersebut. Kita sering tertipu oleh perasaan tentang bagaimana kita dapat membayar, tanpa benar-benar mengetahui bagaimana kita akan membayar, jika situasinya berubah.

Jika kita meminjam, karena kita terburu-buru, dan kita tahu kita akan mengelola hasil yang kita hasilkan dengan pasti, maka saya dapat memahaminya. Jika kita meminjam hanya untuk memenuhi gaya hidup, baik untuk ponsel baru atau sepeda motor baru, maka kita tidak hanya gegabah, kita juga membebani diri kita sendiri tanpa tujuan yang kuat. Kita harus menyadari bahwa hidup tidak dimaksudkan untuk menjadi mewah. Hidup adalah tentang mengendalikan apa yang kita miliki, dan apa yang kita inginkan. Jika kita dapat mengesampingkan godaan sesaat, kita juga memberi diri kita ruang untuk hidup lebih damai.