Mayoritas warga negara kita adalah muslim dan ketika pemilu terjadi tidak jarang banyak sekali para kandidat calon yang berada (berkumpul) bersama ustad atau dalam ruang lingkup agama tetapi hanya bersifat sementara karena tujuannya hanya semata untuk mencari suara.
Ini yang harus di hindari karena sekalipun politik dan agama tidak dapat dipisahkan tetapi ketika cara seperti ini dilakukan justru hal inilah yang mencoreng tentang politik dan agama itu sendiri.
Agama memang jadi jurus jitu untuk mendulang suara, namun banyak politisi yang menggunakan cara yang tidak etis dengan cara mengadu domba para partisipannya. Nah ini yang tidak boleh dilakukan, karena jika dilakukan secara masive dapat membuat negara terpecah belah dan mengganggu stabilitas politik di Indonesia. Di daerahku ini banyak ulama dan uztad yang didatangi calon legislatif hanya untuk minta doa restu, tiap minggu kadang rame antri mobil yang didatangi politis lokal. Ini cukup memberi rezeki pemuda yang mengatur kendaraan mereka. Namun ada juga perlakuan tidak etis dari para timses yang memberikan selebaran untuk mendukung calon dia karena didukung uztad. Padahal uztad/ulama tersebut belum ada rekomendasi apa pun untuk mendukung dia.
Artinya akan ada perpecahan juga kedepan jika para timses ini memaksakan kehendaknya kepada orang lain melalui jalur agama dan uztad kami.
Hal seperti ini selalu dianggap wajar karena sekalipun ini tentunya melenceng dari norma yang ada karena secara tidak langsung menempatkan agama sebagai bentuk promosi agar para pemilih nantinya menaruh respect karena calon-calonnya dirasa dekat dengan para pemuka agama tetapi tetap saja ini tidak bisa dibenarkan jika memang tujuannya mendekati para pemuka agama hanya untuk suara saja.
Tetapi disisi lain inilah bentuk dari keserakahan manusia dimana mereka akan selalu menghalalkan segala cara agar tujuannya tercapai terlebih ini adalah kekuasaan yang mereka incar. Sekalipun ini tidak terlalu etis tetapi sekali lagi kita juga tidak bisa mencegah hal seperti ini karena di negara kita hal ini sudah menjadi sesuatu yang sangat lumrah dilakukan yang membuat ini menjadi seperti kebiasaan.
Meskipun memang tidak semua calon yang datang ke pemuka agama niatnya sama tetapi pada akhirnya saya masih merasa bahwa rata-rata yang datang di kondisi seperti ini niatnya sama.
Sulit memang untuk memisahkan niat dan kepentingan seperti ini karena pada akhirnya seperti yang saya katakan sebelumnya, sekalipun memang ada beberapa situasi yang salah semua bisa menjadi benar dimata mereka yang memiliki niat terselubung jika memang mengedepankan ambisi untuk mendapatkan kekuasaan dan ini masih sangat sulit untuk dicegah apalagi untuk warga biasa seperti kita.